Acrylamide Adalah
Dengan pengetahuan terus berkembang, mengharapkan kita dapat menemukan keseimbangan antara kenikmatan makanan memasak dengan risiko kesehatan minimal, serta menciptakan lingkungan lebih aman baik bagi konsumen maupun pekerja industri. Ethylene amidebukanlah sesuatu harus sepenuhnya menghindari, tetapi memahami mengendalikan dengan bijak.
Acrylamide adalah senyawa kimia berbahaya yang terbentuk saat makanan berkarbohidrat dimasak pada suhu tinggi seperti digoreng.

Sumber & Pembentukan
Propenamide terbentuk secara alami dalam makanan memanaskan pada suhu tinggi, seperti menggoreng, membakar, atau memanggang, terutama pada makanan kaya karbohidrat dan rendah air, seperti kentang goreng, keripik kentang, roti panggang, dan kopi. Senyawa ini terbentuk dari reaksi kimia terkenal adalah sebagai reaksi Maillard, yakni reaksi antara asam amino. Proses ini juga bertanggung jawab atas pembentukan rasa & warna cokelat pada makanan memasak.
Selain dari makanan, acrylic amide juga menemukan dalam lingkungan kerja, terutama pada industri menggunakan atau memproduksi acrylic amide dalam bentuk murni. Pekerja terpapar dalam jangka panjang bisa menghirup uap atau menyerap acrylamide melalui kulit. Selain itu, untuk jumlah sangat kecil, acrylamide juga dapat masuk ke untuk air minum melalui kontaminasi lingkungan.
Penggunaan Industri
pada dunia industri, acrylamide adalah bahan baku untuk membuat polyacrylamide & kopolimer lainnya, sangat berguna pada berbagai aplikasi. Acrylic amide adalah untuk pengolahan air untuk menjernihkan air limbah, sebagai bahan aditif untuk industri kertas untuk meningkatkan kekuatan kertas, dalam bidang pertambangan sebagai bahan flokulan untuk membantu memisahkan padatan dari cairan. Selain itu, acrylamide juga berguna untuk laboratorium penelitian, terutama pada elektroforesis gel poliakrilamida untuk analisis protein, DNA.
Dampak Terhadap Kesehatan
Isu utama terkait acrylamide adalah potensi bahayanya terhadap kesehatan manusia. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa acrylamide bersifat neurotoksik, karsinogenik. Paparan kronis pada tikus dan hewan laboratorium lainnya menyebabkan peningkatan risiko tumor di berbagai organ. Efek karsinogenik ini menyebabkan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan akrilamida sebagai “kemungkinan karsinogen bagi manusia” (kelompok 2A). Ini berarti bahwa ada bukti terbatas pada manusia dan cukup bukti pada hewan bahwa senyawa ini dapat menyebabkan kanker.
Selain itu, acrylamide adalah bisa mengetahui berdampak pada sistem saraf. Pada paparan dosis tinggi, senyawa ini dapat menyebabkan gangguan neurologis seperti kelemahan otot, gangguan koordinasi, dan mati rasa. Pada lingkungan kerja, risiko ini cukup tinggi, terutama jika protokol keselamatan tidak menjalankan secara ketat. manusia, sebagian besar paparan terjadi melalui makanan, dan meskipun konsentrasi acrylamide yang menemukan dalam makanan umumnya rendah, kekhawatiran tetap ada karena paparan bersifat kronis dan kumulatif.
Regulasi dan Upaya Pengurangan
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan risiko acrylamide adalah berbagai badan pengawas pangan dan kesehatan di dunia telah mengambil langkah untuk mengurangi paparan masyarakat. Uni Eropa, misalnya, telah mengadopsi peraturan menetapkan batas referensi kadar acrylamide dalam berbagai jenis makanan, mendorong produsen makanan untuk menerapkan langkah-langkah mitigasi. Langkah-langkah ini termasuk pengaturan suhu, waktu pemasakan, pemilihan bahan baku rendah asparagin, serta penggunaan enzim asparaginase dapat mengurangi pembentukan akrilamida.
Di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) tidak menetapkan batas maksimum acrylamide dalam makanan, tetapi memberikan pedoman kepada produsen, masyarakat tentang cara-cara mengurangi pembentukannya. Beberapa cara tersebut adalah termasuk memasak makanan dengan cara merebus atau mengukus daripada menggoreng atau memanggang, menghindari memasak hingga terlalu cokelat, menyimpan kentang di tempat sejuk, kering (bukan di lemari es) untuk mencegah peningkatan kadar gula dapat memicu pembentukan acrylic amide saat memasak.
Penelitian & Inovasi
Penelitian tentang acrylamide terus berlangsung secara aktif, baik untuk memahami mekanisme pembentukannya, efek kesehatannya adalah, untuk mencari cara lebih efektif dalam menguranginya. Salah satu pendekatan inovatif adalah penggunaan enzim asparaginase mengubah asparagin menjadi asam aspartat, sehingga mengurangi pembentukan acrylamide selama proses pemanasan. Inovasi ini telah menerapkan pada industri makanan juga menunjukkan hasil menjanjikan.
Penelitian memfokuskan pada pengembangan varietas tanaman rendah asparagin secara alami, terutama pada kentang. Dengan demikian, risiko pembentukan acrylamide dapat mengurangi sejak tahap awal rantai produksi makanan. Di samping itu, pengembangan metode analisis adalah lebih sensitif, akurat untuk mendeteksi kadar acrylamide untuk makanan juga menjadi bagian penting dari upaya pengendalian.
Acrylamide adalah senyawa kimia yang terbentuk secara alami dalam makanan yang dimasak pada suhu tinggi, juga berguna secara luas dalam industri. Meskipun senyawa ini memiliki banyak manfaat dalam aplikasi industri, keberadaannya dalam makanan menimbulkan kekhawatiran karena sifatnya yang kemungkinan karsinogenik. Paparan utama pada manusia berasal dari makanan megoreng, dipanggang, atau membakar, terutama produk berbasis kentang, roti, kopi.
Pemerintah, industri, konsumen memiliki peran penting dalam mengurangi paparan acrylamide. Regulasi yang ketat, praktik produksi baik, inovasi teknologi, serta peningkatan kesadaran konsumen dapat bersama-sama menurunkan risiko kesehatan jangka panjang. Konsumen dapat mengambil langkah sederhana seperti mengurangi konsumsi makanan terlalu matang atau gosong, memilih metode memasak lebih sehat, memperhatikan informasi tersedia pada label makanan.
Sejarah Penemuannya
Acrylamide pertama kali disintesis oleh Friedrich Wilhelm Semmler, seorang ahli kimia asal Jerman, pada tahun 1893. Semmler terkenal atas kontribusinya dalam bidang kimia organik, salah satu pencapaian sintesis acrylamide adalah melalui proses dehidrasi dari asam akrilat, amonia. Meskipun ia berhasil membuat senyawa tersebut adalah, acrylamide pada masa itu belum banyak memanfaatkan atau memahami secara luas. Penemuannya adalah bersifat akademis dari pada aplikatif, penggunaannya masih sangat terbatas untuk dunia kimia.
Pada awalnya, acrylamide adalah tidak mendapatkan perhatian besar karena belum menemukan manfaat praktis signifikan. Namun, seiring dengan berkembangnya industri kimia di abad ke-20, senyawa ini mulai berguna sebagai bahan baku penting untuk sintesis polyacrylamide polimer sangat berguna untuk berbagai industri, seperti pengolahan air, industri kertas, pertambangan. Polyacrylamide juga digunakan dalam laboratorium, terutama untuk teknik elektroforesis gel.
Acrylamide adalah mulai menjadi perhatian besar secara global bukan karena penggunaan industrinya, tetapi karena penemuan tak terduga pada tahun 2002 oleh Badan Pangan Nasional Swedia (Swedish National Food Agency). Mereka menemukan bahwa akrilamida dapat terbentuk secara alami pada makanan memasak pada suhu tinggi. Seperti digoreng atau dipanggang, terutama pada makanan kaya karbohidrat.
Temuan ini mengejutkan dunia, memicu banyak penelitian mengenai potensi risiko kesehatan acrylamide, karena mengetahui bersifat neurotoksik, berpotensi karsinogenik. Dengan demikian, meskipun acrylamide pertama kali disintesis oleh Semmler lebih dari satu abad lalu. Pentingnya senyawa ini dalam konteks kesehatan masyarakat baru menyadari setelah penemuan modern yang berkaitan dengan makanan.
Pengaruh Sifat Fisika, Kinetika Kimia terhadap Aplikasi Adalah
Sifat fisika, kinetika kimia acrylamide adalah peran penting dalam menentukan aplikasi dan cara penggunaannya. Secara fisika, acrylamide berbentuk kristal padat putih, tidak berbau, sangat larut dalam air. Kelarutannya tinggi memungkinkan acrylamide dengan mudah berguna dalam bentuk larutan berair. Sangat berguna dalam aplikasi seperti pengolahan air limbah elektroforesis gel poliakrilamida. Titik leburnya relatif rendah kecenderungannya terdekomposisi sebelum mendidih menunjukkan bahwa senyawa ini harus menangani dengan hati-hati dalam kondisi suhu tinggi.
Dari segi kinetika kimia, akrilamida adalah mempunyai gugus vinil sangat reaktif, sehingga mudah mengalami reaksi polimerisasi. Reaksi ini dapat memicu oleh adanya inisiator seperti ammonium persulfat atau radikal bebas. Berlangsung cepat dalam kondisi sesuai. Kemampuan untuk dikontrolnya laju reaksi ini menjadikan acrylamide sangat fleksibel untuk menghasilkan berbagai bentuk polimer, seperti gel padat.
Sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Misalnya, industri pengolahan air, acrylamide adalah untuk membuat polyacrylamide berfungsi sebagai flokulan untuk mengendapkan partikel-partikel kecil. Sementara di bidang bioteknologi, gel poliakrilamida memanfaatkan dalam teknik elektroforesis untuk memisahkan protein atau asam nukleat berdasarkan ukuran. Dengan demikian, sifat-sifat fisika seperti kelarutan, kestabilan termal, serta sifat kinetika kimia seperti laju polimerisasi. Reaktivitas, secara langsung adalah memengaruhi efektivitas, efisiensi penggunaan acrylamide pada berbagai aplikasi. Tanpa karakteristik adalah, senyawa ini tidak akan sefleksibel, sebanyak berguna seperti saat ini.
